Kamis, 03 Februari 2011

SIBLING RIVALRY

Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.
  1. Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
  2. Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
  1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
  2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
  3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
  4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
  5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
  6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
  7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
  8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
  9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
  10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
  11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
  12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.
Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
  1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting.
  2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
  3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.
Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
  1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
  2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
  3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
  4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
  5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
  6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
  7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
  8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
  9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
  10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
  11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
  12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
  13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
  14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini.
Tingkah laku ini antara lain berupa:
  1. Masalah tidur.
  2. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
  3. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap jempol.
Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun.
Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
  1. Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum kelahiran.
  2. Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
  3. Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh anaknya.
  4. Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.
Anak yang Lebih Tua
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.
Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
  1. Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
  2. Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.
  3. Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka sendiri.
  4. Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.

Selasa, 01 Februari 2011

MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR

Sebagai pemula, perlu ibu ketahui sebelumnya bahwa pada prinsipnya memandikan bayi bukanlah sekedar soal membersihkan kulit, tetapi juga merupakan saat bagi orangtua membangun keakraban dengan si buah hati melalui sentuhan. bagi kebanyakan bayi. acara mandi adalah kegiatan yang paling disukai, karena badan mereka menjadi bersih, segar, dan dapat melenturkan otot yang tegang.

Nah, untuk mengurangi rasa khawatir saat memandikan bayi, berikut ini tips bagaimana memandikan bayi yang benar dan aman.
1. pilihlah waktu yang tenang. perbincangan dan nyanyian ibu saat memandikan bayi umumnya akan mengurangi ketegangan.
2. jika tidak mungkin mandi berendam, seka saja tubuhnya. hal ini biasanya dikerjakan pada bayi yang belum puput/ lepas tali pusatnya, juga bayi kurang sehat. yang penting bagi tetap segar, bersih, dan harum.
3. air hangat sangat baik untukbayi. tuang air dingin ke dalam bak mandinya, kemudian tuangkan air panas secukupnya sampai mencapai suhu 40 derajat celcius untuk bayi diatas 2 bulan. tinggi air kira-kira 5-8 cm dari dasar bak. pastikan suhu ruangan hangat, jangat sampai kurang dari 25 derajat celcius.
4. perlengkapan mandi. persiapkan perlengkapan mandi sebelum memandikan bayi.
5. bersihkan dulu kedua matanya dengan kapas yang telah direndam air matang, bersihkan mata bayi dari sudut mata ke arah keluar.
6. sisakan satu gayung air hangat untuk membilas di sisi ibu yang mudah dijangkau.
7. untuk memegang bayi, selipkan tangan kiri ibu ke bawah tengkuk si kecil, lalu pegang erat ketiaknya. sanggahlah tengkuk si kecil dengan pergelangan tangan ibu lalu pegang tubuhnya dengan tangan kanan ibu. angkatlah si kecil dan masukkan ke dalam bak mandi. sementara tangan kiri menyangga kepala memegang ketiaknya, tubuhnya sebagian terendam dalam air, tangan kanan ibu membersihkan tubuhnya. balikkan badan si kecil, topang badannya dengan tangan kiri anda dan pegang erat-erat ketiaknya. dengan tangan kanan bersihkan punggungnya.
8. Bangkat dan bilas tubuh bayi dalam keadaan tertelungkup (punggung di atas) dan balut tubuh bayi dengan handuk.



PEMBIASAAN INSTRUMENTAL

Pembiasaan instrumental (intrumental or operant conditioning)

Alangkah baiknya untuk mempelajari pembiasaan klasikkarena kesederhanaannya untuk membahas proses belajar dan kemungkinannya memperkembangkan lebih lanjut dalam menyelidiki segala proses dan variabel lain yang mempengaruhinya. namun begitu pembiasaan klasik ini merupakan satu peristiwa belajar dalam bentuk yang terbatas dan dibuat-buat (artificial). oleh sebab itu keadaan ini menyebabkan Thorndike (1911) dan Skinner (1938) menyelidiki proses belajar dalam keadaan luas. penyelidikaan mereka berbeda dengan Pavlov karena tingkahlaku hewan itu sendiri sangat menentukan apakah UCS akan dipersembahkan. sehingga peristiwa atau reaksi yang harus dibiasakan itu perlu terjadi sebelum UCS dan oleh karena itu disebut instrumental atau operant. sang hewan harus melaksanakan suatu kegiatan dahulu yang ia kuasai daripada pasif menunggu untuk bereaksi terhadap rangsangan. pembiasaan intrumental ini sejak lama  telah digunakan oleh para penjinak binatang, orangtua atau guru dalam menghadapi objeknya. beberapa istilah dan peristiwa yang terjadi sebagai berikut:
a. pemberian hadiah (reward training)
hal ini merupakan peristiwa bereaksinya seekor hewan dalam usaha mencapai objek yang dituju. percobaab yang sering dilakukan ialah melepaskan seekor kucing atau tikus dalam suatu kotak atau ruang yang berliku (puzzle boxes or T mazes) dan akan mendapatkan makanan lezat bila dapat menjelajahi menurut pola tertentu jalur-jalur seluruh daerah itu tanpa salah atau menemui jalan buntu. dan dengan sekali melaksanakan yang tepat maka untuk selanjutnya seolah hewan itu tidak perlu belajar untuk kedua kalinya dan dengan cepat ia dapat memilih liku-liku yang akhirnya menuju ke tempat yang ada makanannya.
b. melarikan diri (escape training)
dalam keadaan ini hewan perlu bereaksi secara khusus untuk menghindarkan diri dari rangsang nyeri berupa aliran listrik terhadap dirinya (UCS). percobaan ini melepaskan seekor hewan di dalam kotak yang dasarnya dapat diberi aliran listrik dan tidak lama kemudian diberikan rangsang aliran listrik(electric shock) tanpa suatu peringatan. maka nyeri itu akan menimbulkan reaksi takut terhadap aliran listrik yang menyertakan kegiatan dari otak, susunan saraf otonom dan endokrin yang kemudian menggiatkan susunan otot dan tulang belulang untuk melarikan diri. bila dilaksanakan beberapa kali hewan itu telah dapat melarikan diri dari kejutan aliran listrik tersebut.
c. menghindarkan diri/ mengelak (avoidance training)
reaksi melarikan diri akam menjadi reaksi menghindarkan diri bila orang memberikan tanda peringatan (CS) kepada hewan berupa lampu merah atau suara dering (buzzer) sebelum diberi aliran listrik. bila dicoba beberpa kali maka hewan telah dapat menghindarkan sama sekali kejutan itu. peristiwa ini disebut reaksi mengelak.
reaksi menghindar/ mengelak sangat berbeda dari reaksi instrumental lainnya karena sangat menetap walaupun tidak diberikan kejutan listrik lagi setelah tanda peringatan. akhirnya Turner dan Salomon (1962) telah memperkembangkan teknik ini pada manusia dan ternyata dapat juga menimbulkan reaksi menghindar/ mengelak terhadap CS yang netral dan sangat resisten terhadap penghapusan.
d. pengaturan pemberian penguat
Skinner (1938, 1953) telah menggunakan berbgai pembiasaan intrumental atau operant untuk mempelajari berbagai hubungan kuantitatif yang menjadi landasan proses ini. ia telah mencoba untuk menghitung jumlah reaksi yang diberikan oleh hewan dalam satu satuan waktu, dengan demikian dapat dihitung jumlah reaksi yang terjadi, sehingga proses belajar dapat dihitung secara kuantitatif.
dalam kehidupan sesuangguhnya, penguat yang didapat (provision of reward) tidak selalu diberikan secara teratur, maka skinner menyelidiki pengaruh pemberian penguat yang tidak teratur, tetapi diberikan secara intermiten. penguat yang intermiten ini diberikan berdasarkan atas jangka waktu tertentu atau setelah sejumlah reaksi yang tepat. pengaturan itu dapat juga bersifat tetap atau berubah (variable). keempat pengaturan pemberian penguat ini mepunyai pengaruh yang khusus pada jumlah reaksi atau penghapusan.
pengaruh yang khas dari satu penguat saja telah pula dikemukan Skinner dengan peristiwa yang disebut sebagai tingkahlaku yang tahyul dan pengarahan (supertitos and shaping).
e. tingkahlaku tahyul
suatu reaksi yang telah terbiasakan hanya oleh hubungan kebetulan antara reaksi ini dengan satu penguat yang tak disengaja disebut tingkahlaku tahyul. sebagai contoh seekor burung merpati menurut pengaturannya diberikan makanan setiap 15 detik - hal ini disebut pengaturan berdasarkan waktu [a fixed interval schedule (F1)] - sehingga tingkahlaku apa saja yang sedang dilakukan oleh burung merpati itu pada saat makanan diberikan, seperti berdiri disatu sudut, akan menjadi kebiasaan (conditioned). tingkahlaku ini akan melekat sebagai sikap merpati itu. setiap kali ia lapar ia akan berdiri di sudut yang sama dengan harapan akan mendapat makanan.
f. pengarahan (shaping)
karena hewan cenderung untukmengulang reaksi yang terjadi pada saat diberikan penguat, maka dapat diatur untuk menimbulkan rangkaian reaksi yang majemuk secara bertahap dari bentuk yang paling sederhana hingga yang sulit. bila seseorang ingin melatih seekor merpati untuk mamtuk sebuah pinggan, maka mula-mula penguat diberikan bila merpati itu bergerak medekati pinggan itu.penguat berikutnya diberikan bila kepala merpati ditundukkan untuk meneliti pinggan itu, dan selanjutnya bila merpati menuju pinggan untuk mematuknya. pembiasaan intrumental ini dapat menimbulkan tingkahlaku yang sangat majemuk.







SIFAT DARI PERISTIWA PEMBIASAAN

Beberapa sifat dari peristiwa pembiasaan adalah sebagai berikut:
a. Pembiasaan (acquisition)
Bahwa terdapat peristiwa peningkatan dari Conditioned Response (CR) secara asimtotik bila dilakukan berulang percobaan pasangan Unconditioned Stimulus (UCS) dan Conditioned Stimulus (CS).
b. Hapus (extinction)
Bila peristiwa pasangan CS diberikan tanpa UCS berulang kali maka CR akan berkurang dan akhirnya hapus.
c. Pulih (spontaneous recovery)
Bila diberikan masa istirahat setelah hapus, maka CR akan timbul kembali dengan sendirinya, tanpa bercobaan pasangan UCS dan CS.
d. Penyamarataan (generalization)
Hal ini merupakan suatu fenomena dari seekor hewan untuk bereaksi sama terhadap beberapa rangsang yang mirip. misalnya seekor anjing yang sudah terbiasa untukmengeluarkan airliur terhadap suatu frekuensi sumber bunyi, akan bereaksi juga terhadap sumber bunyi dengan frekuensi yang sedikit lebih rendah atau tinggi, misalnya seekor anjing yang telah dibiasakan bereaksi terhadap sumber bunyi berfrekuensi 128 Hz., akan bereaksi juga terhadap sumber  bunyi berfrekuensi 64 atau 256 Hz. kekuatan reaksinya akan bergantung berapa miripkah ransang yang baru tersebut dengan CS. Luasnya penyamarataan ini bergantung pula pada beberapa sifat dari rangsang itu, misalnya arti simboliknya atau sifat fisiknya. contoh yang baik sekali dapat diberikan oleh suatu rangsang kata yang mengandung arti sama atau reat hubungannya misalnya orang Katolik yang terbiasa dengan kata Paus akan lebih bereaksi terhadap kata imam dari pada kata ikan (paus), dengan demikian nyata bahwa arti kata itu penting juga dalam mempengaruhi reaksi pembiasaan dari pada persamaan bunyi.


Ada pula peristiwa penyamarataan reaksi (response generalization) sebagai analogi dari penyamarataan rangsang, dimana bila satu reaksi dihambat, maka hewan akan memberi reaksi lain yang hampir sama. contohnya seekor anjing yang biasa bereaksi terhadap satu suara dengan mengangkat kaki kanannya, bila kaki itu diikat, ia akan bereaksi dengan kaki kirinya.
e. Pembedaan (discrimination)
Hewan dapat dibiasakan untuk memberikan reaksi pada satu rangsang tertentu namun dapat dilatih untuk dapat bereaksi terhadap rangsang lain yang mirip tapi tidak serupa dengan cara menghapuskan CR. seekor anjing yang telah terbiasa bereaksi terhadap satu gambar lingkaran dan elips, dapt dilatih untuk berhenti bereaksi terhadap elips itu dengan menghapuskan UCS atau makanannya tiap kali elips itu dipertunjukkan, sampai tidak mengeluarkan airliur pula.
f. Pembiasaan Tingkat Tinggi (Higher order conditioning)
suatu CR yang sudah terbiasa dapat dirangsang oleh CS baru dengan memberikan bersama dengan CS pertama walau tanpa UCS. seekor anjing yang sudah terbiasa dengan bunyi tertentu, dapat dibuat bereaksi terhadap sebuah segitiga warna hitam, bila segitiga hitam tersebut diperlihatkan bersama dengan bunyi tdi dengan demikian maka bunyi itu yang bertindak sebagai UCS. maka segitiga hitam disebut CS tingkat dua.





 

BAGAIMAN AZAZ PEMBIASAAN DAN PROSES BELAJAR DARI PENGALAMAN ITU TERJADI?

Peristiwa belajar mencakup banyak macam tingkahlaku yang kita kenal, dari reflex yang sederhana (seperti kedipan mata oleh karena desiran angin, eye blink) hingga suatu proses belajar yang sifatnya sangat komplex (misalnya mempelajari konsep yang rumit).

Istilah pembiasaan (conditioning) diartikan sebagai suatu proses belajar yang dikenal oleh kalangan ilmuan sejak perobaab para sarjana di Rusia, nama-nama seperti Shenger-Krestovnikova (1921) yang menyelidiki neurosa buatan (model or experimental neurosis), juga nama Yerofeeva (1921, 1916) yang lebih dulu menyelidiki masalah pembiasaan hewan terhadap rangsang nyeri, dan kemudian secara lebih sistematik oleh Pavlov (1927) diterbitkan tulisannya yang melukiskan dengan baik sekali masalah pembiasaan itu yang kini dikenal dengan istilah pembiasaan klasik.

PEMBIASAAN KLASIK
Seekor anjing yang lapar biasanya akan mengeluarkan air liur bila mengeap makanan. Peristiwa ini disebut oleh Pavlov (1927) sebagai suatu reflek naluriah atau unconditioning reflex. Bila setiap kali makanan akan diberikan kepada anjing tersebut sebuah bel dibunyikan, maka setelah diulang antara 5 hingga 10 kali, anjing tersebut ternyata dapat bereaksi dengan mengeluarkan airliur terhadap bunyi bel saja, hal ini disebut sebagai reflex yang terbiasa atau conditioning reflex. Jadi anjing telah mendapatkan suatu kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu rangsang yang tadinya tidak berarti baginya. dengan demikian dapat diberikan beberapa istilah yang patut dimengerti oleh para pembaca dan pendukung ilmu tingkahlaku ini.

BAGAN DARI PEMBIASAAN KLASIK
Rangsang (sebelum pembiasaan) CS -> tidak ada respon atau respon yang tidak berarti
Rangsang Terbiasa                          CS -> CR respon terbiasa
Rangsang Naluriah                         UCS -> UCR respon Naluriah
                                                                       
                                                           CR serupa dengan UCR (keduanya berupa airliur)

hubugnan yang berati sudah terdapat pada permulaan eksperimen antara rangsang naluriah dan respon naluriah dan hal ini tidak perlu dipelajari. hubungan antara rangsang terbiasa dan respon terbiasa merupakan proses yang harus dipelajari. Peristiwa ini terjadi dengan memberikan bersama rangsang naluriah dan rangsang terbiasa yang akan memberikan respon naluriah sebagai penguat. respon terbiasa serupa dengan respon naluriah, namun tidak identik.

Makanan yang diberikan kepada anjing disebut sebagai rangsang naluriah disebut unconditioned stimulus disingkan UCS, sedangkan reaksi yang timbul dalam bentuk mengalirnya airliur anjing disebut Reaksi yang naluriah atau unconditioned response disingkat UCR. bel yang berbunyi disebut sebagai rangsang yang terbiasakan atau conditioned stimulus, disingkat CS sedangkan hasilnya : pengeluaran airliur anjing terhadap bunyi bel, disebut reaksi terbiasakan atau disebut conditioned response, disingkat CR.

Percobaan pavlov ini telah diperluas pada hewan lain, dari cacing hingga manusia dengan hasil yang sama. bahkan dapat ditimbulkan pada bayi hingga usia lanjut. berbagai peristiwa telah dapat dibiasakan pada fungsi autonomik seperti daya berpeluh, detak jantung, sekresi gastrointestinal, rasa mual, muntah hingga reaksi otot skeletal seperti reflek tendon dan reflek penarikan extrimitas.